31 Juli, 2009

Jihad atau jahat

Sebulan yang lalu negeri tercinta kita diguncang bom di dua hotel mewah di Jakarta. Korbannya bukan tentara Israel atau agen Mosad atau pelaku kejahatan. Belum ada kepastian siapa pelakunya karena lakon utama masih belum ditemukan. Yang berkembang hanya hipotesa, dugaan dan jugdment. Parahnya media massa seakan hanya memberikan satu perspektif saja dan mengarahkannya pada JI (Jaringan Islam), sebuah nama organisasi yang sejauh ini belum cukup dipahami oleh masyarakat. Akibatnya, stigma negatif terhadap Islam makin kental. Sejurus dengan itu, analisis atau pendangan kiritis terhadap versi mainstream sangat mungkin dikategorikan sebagai keberpihakan terhadap frase seram "terorisme". Demikian DR Muhsin Labib, pengamat politik dan pakar Islam, mengawali tulisannya yang dimuat di Adilnews dalam menanggapi fenomena terakhir di nusantara.

26 Juli, 2009

Nur Muhammad

Hubungan yang ada antara nur Muhammad dan Allah SWT bersifat vertikal. Nur Muhammad berada pada sisi yang diciptakan, sementara Allah SWT berada pada sisi lain, yaitu sebagai Pencipta-nya.

Nur adalah cahaya. Sementara An-Nur adalah Sang Cahaya, salah satu Asmaul Husna, nama-nama Allah yang indah. Nur adalah cahaya ciptaan yang memancar dari Cahaya Allah. Nur Muhammad adalah cahaya Muhammad. Terkadang ia juga disebutkan sebagai Haqiqah Muhammadiyah, artinya sebuah realitas Muhammad atau realitas kemuhammadan yang diciptakan sebelum penciptaan alam. Nur Muhammad inilah yang pertama kali diciptakan Allah. Dan dari nur Muhammad inilah kemudian Allah Ta’ala menciptakan alam semesta dan isinya.
Hubungan yang ada antara nur Muhammad dan Allah SWT bersifat vertikal. Nur Muhammad berada pada sisi yang diciptakan, sementara Allah SWT berada pada sisi lain, yaitu sebagai Pencipta-nya.

23 Juli, 2009

Panji Macan Ali



Panji ini dibawa tentara Cirebon ketika menaklukan Sunda Kelapa pada 1527 M dibawah pimpinan Fadillah Khan.
1. Terdapat tulisan “bismillah” dalam panji tersebut dan ayat-ayat al-Quran untuk menunjukan keagungan Allah Swt.
2. Dua bintang yang mengandung 8 sisi, yang melambangkan Muhammad dan Fatimah.
3. Diantara “bismillah” dan dua bintang terdapat dua gambar singa kecil dan besar dan pedang bercabang dua yang melambangkan pedang Zulfikar milik Imam Ali.
4. Setelah Zulfikar terlihat singa besar, yaitulah Asadullah, alias singa Tuhan. Di dalam bahasa Indonesia singa Ali diterjemahkan dengan “macan Ali”.
5. Di dalam panji, ini tergambar lima orang manusia suci sebagai sumber petunjuk dan hidayah. Raja-raja Islam Jawa sangat menyakini hakikat nur Muhammad sehingga dalam setiap peperangan selalu mengharapkan keberkahan. Karena itu logo-logo Ahlulbait as selalu tampak dalam setiap Bendera raja-raja Cirebon.

Panji kebesaran Macan Ali ini dibawa saat menyerang sunda kelapa
Pasukan Demak yang dipimpin ulama kharismatik Tu Bagus Pasei atau Fadillah Khan (Fatahillah atau Faletehan) beserta Pasukan Cirebon yang terdiri dari Angkatan Laut Sarwajala dipimpin oleh pendekar Ki Ageng Bungko, Angkatan Darat Yudha Laga dipimpin oleh Pangeran Cirebon, dan pasukan khusus Singa Bharwang Jalalullah yang terdiri dari para pendekar harimau dipimpin oleh Adipati Cangkuang, serta sepasukan pendekar cadangan yang dipimpin oleh Adipati Keling, kemudian berangkat ke Sunda Kalapa dengan menaiki perahu Bantaleo dengan panji kebesaran kerajaan Cirebon Macan Ali, dan panji kerajaan Demak yang bergambar pedang menyilang bertuliskan kalimat syahadat dipimpin oleh Patih Yudhanagara.
Dan mereka meraih kemenangan dan berhasil mengusir pasukan portugis dari Sunda Kelapa.

21 Juli, 2009

Keraton

KERATON KASEPUHAN

Keraton Kasepuhan didirikan pada tahun 1529 oleh Pangeran Mas Mochammad Arifin II (cicit dari Sunan Gunung Jati) yang menggantikan tahta dari Sunan Gunung Jati pada tahun 1506, beliau bersemayam di dalem Agung Pakungwati Cirebon.

Keraton Kasepuhan dulunya bernama Keraton Pakungwati, sedangkan Pangeran Mas Mochammad Arifin bergelar Panembahan Pakungwati I. Dan sebutan Pakungwati berasal dari nama Ratu Dewi Pakungwati binti Pangeran Cakrabuana yang menikah dengan Sunan Gunung Jati. Putri itu cantik rupawan berbudi luhur dan bertubuh kokoh serta dapat mendampingi suami, baik dalam bidang Islamiyah, pembina negara maupun sebagai pengayom yang menyayangi rakyatnya.

Ahkirnya beliau pada tahun 1549 wafat dalam Mesjid Agung Sang Cipta Rasa dalam usia yang sangat tua, dari pengorbanan tersebut akhirnya nama beliau diabadikan dan dimulyakan oleh nasab Sunan Gunung Jati sebagai nama Keraton yaitu Keraton Pakungwati yang sekarang bernama Keraton Kasepuhan.

13 Juli, 2009

Kisah pemungut daun

Dahulu di sebuah kota di Madura, ada seorang nenek tua penjual bunga cempaka. Ia menjual bunganya di pasar, setelah berjalan kaki cukup jauh. Usai jualan, ia pergi ke masjid Agung di kota itu. Ia berwudhu, masuk masjid, dan melakukan salat Zhuhur. Setelah membaca wirid sekedarnya, ia keluar masjid dan membungkuk-bungkuk di halaman masjid. Ia mengumpulkan dedaunan yang berceceran di halaman masjid. Selembar demi selembar dikaisnya. Tidak satu lembar pun ia lewatkan. Tentu saja agak lama ia membersihkan halaman masjid dengan cara itu. Padahal matahari Madura di siang hari sungguh menyengat. Keringatnya membasahi seluruh tubuhnya.

11 Juli, 2009

Sampiran

Disinilah dimakamkan ulama besar "Syekh Bayanullah" penyebar agama Islam di Caruban dan Kuningan yang dinyakini banyak orang di makamkan di desa Sampiran kecamatan Talun Kabupaten Cirebon


pohon tua saksi bisu



kuburan tua











bocah-bocah sekitar makam







rwawelas imam

10 Juli, 2009

Syekh Bayanullah

Seorang ulama besar dari Malaka
Didalam naskah P.Wangsakerta Syekh Bayanullah lahir di Hujung Mendini/Malaka. Sewaktu kecil ia bernama datuk Bayan ia putra dari seorang ulama yang bernama Syekh Datuk Ahmad yang bermukim di Malaka. Pemberian gelar Datuk leluhurnya (kakek syekh bayanullah) yaitu Syekh Datuk Isa berasal dari pemberian Sultan Pasai yaitu Sultan Zaenal Abidin Bahian Syah (1349-1406) dan kemudian dikukuhkan lagi oleh Sultan Malaka yaitu Sultan Megat Iskandar syah (1414-1424).
Ketika remaja Datuk Bayan pergi ketanah Arab untuk menimba ilmu agama kemudian menetap di Mekah sampai menjadi ulama besar disana dan mendapat gelar Syekh Bayanullah. Diceritakan didalam kitab Purwaka caruban Nagari bahwa ketika Pangeran Cakrabuana dan adiknya Nyimas Rarasantang ingin menunaikan ibadah haji atas permohonan gurunya yaitu Syekh Datuk Kahfi mereka berdua tinggal di rumah Syekh Bayanullah dan berguru padanya.
Syekh Bayanullah sendiri adalah adik dari Syekh Datuk Kahfi ulama di pondok Quro di Amparan Jati Caruban. Dalam hubungan kerabat ia masih kehitung family dengan Syekh Abdul Jalil atau lebih di kenal Syekh Lemah Abang, Karena ayah Syekh Bayanullah yaitu Syekh Datuk Ahmad Kakak kandung dari Syekh Lemah Abang yaitu Syekh Datuk Sholeh dan didalam naskah P.Wangsakerta pula mereka semua masih keturunan Ahlulbait Rasulullah.

Kitab Purwaka Caruban Nagari menceritakan bahwa Syekh Bayanullah pulang dari Mekah untuk menemui kakaknya di Amparan Jati maka ia mendapat gelar baru yaitu Syekh Datuk Mahuyun.Ketika di Caruban ia mensyiarkan agamanya dengan berdakwah keberbagai daerah disekitar Caruban yang ketika itu masyarakatnya masih banyak menganut agama Hindu-Budha.
Menurut P.Wangsakerta di Caruban Syekh Bayanullah berdakwah kedaerah Kuningan dan ia mendapat gelar Syekh Maulana Akbar dan membuka pengguron di daerah Kuningan yaitu di tempat yang sekarang menjadi desa Sidapurna yang ketika itu menjadi pusat pemerintahan daerah Kuningan. Disana ia menikah dengan kerabat kerajaan Pajajaran yaitu Nyi Wandansari, putri Surayana. Adapun Surayana adalah putra Prabu Dewa Niskala atau Ningrat Kencana (1475-1482) Raja Sunda yang berkedudukan di Kawali.
Dari pernikahan Syekh Bayanullah dengan Nyi Wandansari beputra Maulana Arifin, Setelah mengajarkan keagamaan di daerah Kuningan, ia juga mendirikan pengguron didaerah sampiran yang masih kekuasaan Caruban Girang sampai wafatnya. Sekarang kompleks makam Syekh Bayanullah berada di desa sampiran kecamatan Talun kabupaten Cirebon. Dan setiap mlam jum’at kliwon banyak peziarah datang dari bebagai daerah untuk mendoakan arwah ulama besar tersebutdan terkadang juga mencari barokahnya.



Daftar Pustaka :
1. Suluk Abdul Jalil “Perjalanan ruhani Syekh Siti Jenar buku 1”
Agus Sunyoto
LKIS
2. Purwaka Caruban Nagari
P.Arya Carbon 1720

3. Sejarah Kuningan “Dari masa prasejarah hingga terbentuknya Kabupaten”
Prof.Dr.Edi S.Ekadjati
Kiblat

4. Masjid Agung Sang Cipta Rasa dan Muatan Mistiknya
T.D.Sujana
Humaniora

01 Juli, 2009

Penyebaran Islam Sebelum Walisanga

Sayid Husen as-Sabti cucu Muhammad rasulullah mempunyai anak yang bernama Imam Jaenal Abidin. Jaenal Abidin kemudian mempunyai anak yang bernama Muhammad al-Baqir dan al Baqir mempuyai anak bernama Imam Japar Sidiq. Japar Sidiq mempuyai anak bernama Ali al-Uraidi yang kemudian menurunkan Sulaiman al-basri dan Muhammad al-Nagib atau Said Idris.
Sulaiman al-Basri yang berdiam diri di parsi mempunyai beberapa orang anak; seorang diantaranya adalah Abu Jaid al-Basri yang kemudian mempunyai anak Sayid Ahmad al-Baruni. Ahmad al-Baruni menurunkan Sayid Idris al-Malik dan Idris al-Malik mempunyai anak bernama Muhammad Makdum Sidiq. Makdum Sidiq mempunyai dua orang anak yaitu Seh Sayid Hibatullah dan Seh sayid Burhanuddin Ibrahim.
Setelah dewasa Hibatullah meninggalkan negaranya menuju suwarnabhumi yang penduduknya masih memeluk agama Budha. Dari suwarnabhumi ia pindah ke jawadwipa,tetapi kemudian kembali lagi bermukim di suwarnabhumi. Diantara anak cucunya ada yang kemudian bermukim di jawadwipa,suwarnabhumi,sanghiyang hujung,india,campa,dan di negara lain.

Seh Hibatullah mempunyai dua anak laki laki yaitu Seh Said Maimun dan Seh Muhammad Saleh. Seh Maimun mempunyai anak perempuan bernama Fatimah yang di peristri Sayid Abu Hasan seorang arab kaya yang sudah lama bermukim di jawadwipa bagian timur. Dari perkawinan itu lahir Seh Sayid Abdurrahman yang kemudian bermukiam di arab selatan dan anak-anak lainnya ada yang berdiam di jawadwipa,suwarnabhumi atau Gujarat. Anak Seh Abdurrahman ada beberapa orang diantaranya sarah yang di peristri Sayid Abdulmalik Yang melahirkan beberapa orang anak yang berdiam di jawadwipa juga. Fatimah meningggal dalam tahun 1082 dan dimahkamkan di jawadwipa.
Dalam pada itu Seh Muhammad Saleh adik Seh Maimun mula-mula pergi ke parsi,tetapi memilih berdiam di paseh (pasai),kerajaan yang baru berdiri di suwarnabhumi bagian utara. Ia kawin dengan Rokayah anak sultan Pasai Seh Sayid Burhanudin Ibrahim yang bergelar Sultan Malik Ibrahim makdum. Sultan Malik sebernanya berasal dari Gujarat (india) anak Seh Sayid makdum Sidik dari istri yang lain orang Parsi. Dengan demikian terdapat hubungan keluarga antara paseh dan jawa (timur).
Semua anak cucu Sayid Makdum Sidik menjadi ahli dan penyebar agama islam di daerah atau negara tempat mereka berdiam. Ada juga yang menjadi raja seperti Sultan Malik di Paseh itu.
Dengan demikian dapat diketahui bahwa sekurang kurangnya pada masa awal penyebarannya agama islam disebar luaskan dengan jalur damai. Para penyebar yangberasal dari berbagai negara dan daerah itu, mencoba menyebarluaskan agama islam dengan berbagai cara damai. Mereka berdatangan dari Arab Selatan, Parsi, dan India dengan menggunakan perahu perahu besar. Sebagian mereka berlabuh dan kemudian bermukim di Suwarnabhumi sebagian lagi meneruskan ke Jawadwipa.
Ketika itu penduduk Nusantara umumnya beragama Hindu, Budha, atau masih memeluk kepercayaan asli mereka, yaitu pemujaan terhadap leluhur (piterpuja). Agama hindu baik dari aliran Wisnu maupun Siwa di peluk oleh penduduk Jawadwipa, sedangkan penduduk Swarnabhumi beragama Budha. Di tengah masyarakat yang Nampaknya kuat beragama demikian penyebaran agama Islam itu mulanya tidak berhasil hanya satu dua orang yang berniat beralih kepercayaan.
Para penyebar Islam itu pertama kali tiba ke Swarnabhumi dalam tahun 864 pada masa kerajaan Sriwijaya berada di puncak kejayaannya. Itulah sebabnya mereka tidak mendirikan negara di daerah yang mereka datangi. Merek a hanya bermukim dan mengajarkan agam islam kepada pendududk setempat. Proklamasi berdirinya kerajaan Paseh baru dilakukan lebih seabad kemudian. Tahun 989 She Burhannudin Ibrahim dari india dengan puluhan pengiring menjadi raja pertama kerajaan Paseh dan berkuasa selama 25 tahun(989-1004). Setelah meninggal ia digantikan oleh menantunya, She Muhammad Saleh yang memeritah selama 26 tahun (1014-40). Setelah itu raja yang berkuasa di Paseh yang besar itu pun silih berganti.
Keterangan yang secara singkat diuraikan itu terdapat dalam naskah Pustaka Rajyarajya I Bhumi Nusantara, terutama pada parwa 2 (Pustaka Rajyawarnana I Bhumi Nusantara sarga 3 dan 4 yang selesai di tulis (disusun) dalam tahun 1680.
Fatimah yang disebutkan dalam naskah itu pastilah sama dengan Fatimah binti Maimun yang namanya tertera pada nisan berangka tahun 1082 dan terletak di Leran gresik. Tahun pada nisan itu tepat sama dengan berita naskah. Angka tahun itu jelas berasal dari masa jauh sebelum Majapahit dank arenanya dapat di jadikan petunjuk bahwa benih-benih Islam sudah tersemai di jawa pada zaman Jenggala dan Kadiri. Bahkan mengingat Fatimah adalah cucu She Hibatullah yang di anggab penyebar agama Islam di Jawa Timur, dapat di duga bahwa penyemaian benih itu itu sudah mulai pada masa pemerintahan raja Erlangga (1019-42) padahal Muhammad Saleh sebelumnya bermukim dan (jadi penyebar agama Islam) di Jawa Timur. Bukan hal yang mustahil mengingat pada sejumlah prasastinya Erlangga menyebutkan perbagai orang asing yang ketika itu (sering) berada di negaranya terutama sebagai niagawan.
Mengingat pula dalam tahun 8521 seorang niagawan Arab benama Sulaiman sudah menuliskan “laporan perjalanannya” kewilah timur dan di antaranya menyebutkan maharaja Zabag yang berkuasa di Sribuza dan kalah (oleh para sarjana ditafsirkan Indonesia). Kedatangan penyebar Uslam tahun 846 ke Swarnabhumi karenanya bul\kan pula sesuatu yang mustahil.
Penyebaran Islam secara “besar-besaran” memang terjadi agak kemudian terutama pada masa hidup walisanga pada awal keruntuhan kerajaan Majapahit dan kemunculan kerajaan Demak (dan Cirebon) menjelang abad ke 15 dan awal abad 16. ***(Prof. Dr. Ayatrohaedi SUNDAKALA 2005)